Assalamu'alaikum wr. wb " Kami Pengurus mengajak kepada bapak/ibu/saudara donatur/pembaca blogpanti yang ingin berinvestasi akhirat utk pembebasan tanah panti permeter : 250.000.yang masih kurang 35 juta.jika berminat hbg bendahara Hj,sri Murtini :081328838320/0274 773720/774230/langsung transfer ke no.rekening panti BRI cab.wates no.0152.01.003706-50-5 Cq H.Anwarudin. semoga menjadi sebab-sebab kemudahan dan khusnulkhotimah

Kamis, 23 April 2009

Meluruskan Istilah Wafatnya Isa Al-Masih

Oleh : Pengasuh Panti Asuhan Muhammadiyah Kriyanan Wates

Apakah pengertian ayat:

إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu (mewafatkanmu) dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya." QS. Ali `Imran 3 : 55.

Apakah pengertian `wafat' di ayat yang digaris bawahi ini adalah makna sesungguhnya atau tidak ???

Jawab:

Makna `wafat' yang tepat adalah `tidur'. Yaitu, Allah mengangkat nabi Isa ke sisi-Nya dalam keadaan tidur. Dalam bahasa Arab, `tidur' sah dipakaikan dengan makna wafat, setidaknya hampir serupa dengan wafat (mati), sebagaimana firman Allah yang artinya:

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. QS. az-Zumar 39 : 42

Maksudnya, orang hidup wafat di dalam tidur, ketika ruh mereka secara khusus terpisah, mereka kehilangan kepekaan, tidak bersuara, tiada gerakan-gerakan kesengajaan, kemudian ketika bangun ruh itu kembali.

Dalam hadits disebutkan, Nabi saw. berdoa ketika hendak tidur: "Dengan Nama-Mu wahai Tuhanku, aku baringkan badanku, dan dengan Nama-Mu juga aku mengangkatnya. Kalau Engkau mencabut nyawaku, sayangilah ia, dan jika Engkau belum mencabutnya, jagalah ia sebagaimana Engkau menjaga nyawa hamba-hamba-Mu yang shalih". HR. Bukhari dengan nomor hadits: 7393 Ketika Rasulullah saw. bangun, ia membaca doa: "Segala puji bagi Allah Yang telah menghidupkan kami setelah Dia mematikan kami, dan hanya kepada-Nya tempat kembali". HR. Bukhari (nomor hadits: 7394)

Maksud wafat di ayat tersebut adalah wafat yang berarti `tidur'. Sebab, kata naum (tidur) dalam bahasa Arab diartikan juga dengan wafat (mati). Maka, seharusnya pemaknaan ayat tersebut yang paling tepat adalah dengan arti tidur dengan alasan beberapa dalil dari ayat, seperti firman Allah swt. yang artinya: "Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari", dan ayat: "Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang bel um mati di waktu tidurnya; maka la tahanlah jiwa (orang) yang telah ia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan". Dengan adanya bukti hadits-hadits ini jelaslah, bahwa makna ayat tersebut adalah: Sesungguhnya Aku mematikanmu seperti rupa yang mati waktu tidur, ketika itu engkau tidak merasakan diangkat ke langit. Artinya, nabi Isa tertidur pulas, dan dalam keadaan tidur pulas itulah Allah mengangkatnya ke langit, sesuai dengan kehendak Allah. Nabi Isa tidak terbangun kecuali setelah sampai di langit. Ulama lain berpendapat, nabi Isa diwafatkan, dengan pengertian mati yang sesungguhnya, tapi sebentar. Ketika dalam kondisi tidak bernyawa, ia diangkat ke langit, kemudian ia dibangkitkan, dan kembali hidup. tafsir Jami' al­Bayan (3/256),

Adapun anggapan bahwa nabi Isa tewas dibunuh atau tewas disalib, teks ayat Al-­Quran terang-terangan membatalkan dan menolaknya. Begitu juga dengan pendapat yang mengatakan bahwa nabi Isa tidak diangkat ke langit, tapi hijrah ke Kashmir, ia lama bertahan hidup di sana dan wafat di sana secara normal. Dan ia tidak turun sebelum hari Kiamat, yang akan datang adalah duplikat nabi Isa. Pendapat ini benar­benar pendapat batil, lantang terhadap Allah dan mendustakan ayat-ayat Allah swt. dan hadits Rasulullah saw.

Nabi Isa as. senantiasa hidup sampai sekarang, dan akan turun di kemudian hari seperti diberitakan Rasulullah saw. Dari keterangan-keterangan di atas, diharapkan penanya atau pun bukan bisa mengerti bahwa barangsiapa mengklaim nabi Isa tewas terbunuh dan disalib, atau ia mengatakan, bahwa nabi Isa berhijrah ke negeri Kashmir dan ia bertahan hidup di sana cukup lama lalu mati dengan cara yang normal, dan setelah mati pun tidak diangkat ke langit, ini adalah pendapat paling lancang kepada Allah dan ia mendustakan Aflah swt. dan Rasul saw. Kita tahu, barangsiapa yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya hukumnya kafir. Diharapkan orang berperniapat demikian agar segera bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Diberi keterangan yang jelas dari Kitab Suci al-Quran dan hadits. Jika ia sudah bertaubat dan kembali ke jalan yang benar ia selamat, dan jika tidak, ia mati dalam kekufuran. Dalil-dalil yang dapat dijadikan bukti cukup banyak dan mudah diketahui, di antaranya firman Allah tentang nabi Isa as. di surat an-Nisa' ayat 157-158: "dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, lsa putera Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat lsa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dan antara lain dari hadits-hadits Rasulullah saw. yang memberitakan turunnya nabi Isa as. di akhir zaman menjadi hakim adil. la akan membunuh Dajjal Sang Sesat, kemudian mematahkan palang salib, membunuh babi, meniadakan upeti/pajak, dan tiada satu agama pun yang ia terima kecuali agama Islam. Hadits-hadits tersebut adalah hadits mutawatir dan status keshahihannya akurat berasal dari Rasulullah saw. Para ulama sependapat menerima berita itu untuk diterima dan diimani karena ada dalil dan mereka sebutkan dalam buku-buku akidah. Barangsiapa yang menolak dengan alasan karena haditsnya hadits ahad, juga tidak bisa menotaknya secara penuh, atau mentakwilkan hadits tersebut dengan makna manusia di akhir zaman nanti berpegang kepada akhlak al-Masih as., bersikap lembut, penyayang, merangkul orang-orang dengan semangat, tujuan, dan subtansi hukum, bukan dengan teks/ redaksi hukum, pendapat ini jelas-jelas `keliru', batil, menyalahi pendapat mayoritas ulama Islam, bahkan terang-terangan menolak nash yang tsabit (fakta) dan mutowatir, merupakan tindakan kriminal terhadap Syariah, lancang terhadap Islam dan nabi yang ma'shum Muhammd saw., menilai sesuatu dengan hukum prasangka dan hawa nafsu, serta keluar dari kebenaran dan petunjuk. Orang yang berpegang teguh dengan syariat, yang percaya seratus persen kepada nabi yang membawa syariat tersebut, yang mengagungkan hukum serta segala nash ajarannya, orang yang sampai sedemikian rupa tidak mungkin berani mengatakan demikian. Pendapat yang mengatakan hadits yang membawa berita turunnya nabi Isa adalah hadits ahad yang tidak bisa dijadikan landasan hukum, adalah pendapat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pasalnya, hadits-hadits yang memberitakan hal itu cukup banyak, diriwayatkan dalam kitab-kitab hadits shahih, kitab sunan dan kitab musnad para ulama hadits, dengan thariqul hadits serta sanad yang bervariasi, mencukupi kriteria mutawatir. Lalu, bagaimana mungkin orang yang berpengetahuan rendah tentang syariah mengatakan tidak menerima dan tidak mau berpegang dengan hadits­hadits itu? Sekiranya pun kita asumsikan, bahwa hadits itu adalah hadits ahad, tidak semua hadits ahad yang tidak layak dijadikan landasan hukum. Yang paling tepat, sesuai dengan metode ulama hadits dan ahli hahqiq hadits, bahwa hadits ahad, jika thariq haditsnya banyak, sanadnya lurus dan tidak cacat, sah dijadikan landasan hukun. Dengan metode ini, hadits-hadits tentang berita turunnya nabi Isa adalah hadits yang status keshahihannya sudah lulus kriteria, sanad dan riwayatnya juga bervariasi. Tiada ahsan yang tepat untuk menolak hadits-hadits tersebut, ia sah dijadikan dalil, baik itu dinamakan hadits ahaad ataupun hadits mutawatir. Dengan demikian, penanya atau siapa saja diharapkan mengerti kekeliruan syubhat dan penyelewengan pendapat tersebut dari jalan yang benar. Tindakan yang paling parah dan kelancangan paling dahsyat terhadap Allah swt. dan Rasul-Nya saw. adalah pendapat yang mentakwilkan hadits tersebut ke pengertian yang tiada sangkut pautnya dengan dalil hadits. Pelaku ini telah menggabungkan dua kesalahan, yaitu pendustaan atas nash dan ketidak percayaannya akan berita yang disebutkan hadits tentang turunnya nabi Isa as, tentang nabi Isa akan menjadi hakim adil untuk sekalian umat manusia, tentang nabi Isa membunuh Dajjal dan sebagainya. Secara tidak langsung, pelaku tersebut telah mengidentikkan Rasulullah saw. selaku orang paling tahu soal syariat Allah, menjadi orang yang mencampur-adukkan hukum serta orang yang tidak sesuai antara ucapan dan maksud tujuannya, padahal redaksi ucapannya cukup jelas. Ini adalah puncak pendustaan, pengelabuan serta penggelapan terhadap umat yang seharusnya tidak masuk dalam kriteria seorang rasul. Orang yang suka mentakwilkan ini persis seperti pemeluk paham ateis yang menisbahkan para nabi dan rasul sebagai fantasi demi kepentingan mayoritas manusia dan menurut mereka, yang dipetik dari ucapan para nabi bukanlah redaksi yang sesungguhnya. Paham ini telah ditangkis oleh ahlul ilmi wal iman, mereka telah mencoret paham tersebut dengan pena fakta dan bukti-bukti akurat. Kita berdoa, semoga kita terlindungi dari penyakit hati, terhindar dari kerancuan, dari fitnah-fitnah yang menyesatkan, dari godaan syeitan. Dan kita memohon kepada Allah semoga kita terbebas dari ketundukan terhadap hawa nafsu dan syeitan. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada kekuatan yang dapat menyefamatkan kita kecuali kekuatan Allah yang Maha Agung dan Maha Perkasa. Kami berharap, keterangan-keterangan yang kami berikan dapat memuaskan penanya dan dapat memperjelas jalan yang benar.